IQNA

Manusia, Penderitaan, Kehidupan

5:43 - May 07, 2022
Berita ID: 3476786
TEHERAN (IQNA) - Masuk surga adalah pahala yang datang dengan kerja keras di dunia. Ini adalah pandangan populer yang telah dikemukakan dalam pandangan ilahi dan agama untuk menanggung penderitaan-penderitaan dunia. Tapi apakah tidak ada cara lain selain ini?

Hujjatul Islam wal Muslimin Reza Baranjkar, seorang ahli Teologi Islam, dalam pra-konferensi konferensi "Teologi Praktis", membahas teologi praktis dan teologi penderitaan, yang dapat Anda baca di bawah ini.

Teologi praktis bertujuan untuk mengendalikan penderitaan yang dirasakan seseorang dan membantunya mengelola penderitaan tersebut. Pendekatan ini seperti ilmu kedokteran, yang mengidentifikasi rasa sakit pasien dan meresepkan obat yang sesuai, dan obat laksana teologi praktis.

Kebaikan dan kejahatan duniawi berpotensi menjadi antitesis mereka dan pada akhirnya dapat menguntungkan atau merugikan manusia. Dan Alquran berkata, "Diwajibkan atas kamu berperang, padahal itu tidak menyenangkan bagimu. Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui". (QS. Al-Baqarah: 216)

Filosofi Hukuman Ilahi

Tujuan hukuman ilahi adalah untuk membangunkan manusia dan mengembalikannya kepada Tuhan. Dalam beberapa ayat Alquran, seperti (surah Ar-Rum: 41), "Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)". Penyebab beberapa hukuman adalah kerusakan manusia itu sendiri, dan tentu saja tujuan akhirnya adalah kembalinya manusia kepada Tuhan. Tentu saja, penderitaan yang bukan untuk hukuman juga memiliki hikmah, seperti kebijaksanaan umum, pemujaan iman, dan terkadang peningkatan spiritual manusia.

Manusia, Penderitaan, Kehidupan

Jawaban bagi yang tidak menginginkan penderitaan dunia maupun surga

Seseorang mungkin berkata bahwa kita tidak menginginkan penderitaan dunia atau surga. Pertama, mudah untuk mencapai surga, tetapi meskipun itu bukan surga, kita lebih memilih "kehidupan" penderitaan dan kesenangan daripada "ketidakadaan". Semua manusia, bahkan ateis, hidup dalam kesakitan dan penderitaan, dan di antara para ateis, hanya sedikit yang bunuh diri.

Kita terlempar ke dalam ruang keberadaan, ada dua jalan di depan kita; Salah satunya adalah mencoba untuk meningkatkan kesenangan dan mengurangi penderitaan, dan yang lainnya adalah untuk memprotes dan putus asa ketika menderita. Sekarang jika kita menempatkan Tuhan ke dalam persamaan, janji kehidupan yang lebih baik di dunia lain ditambahkan.

 

Kata kunci: Baranjkar, Bunuh Diri, Islam, Penderitaan, Gaya Hidup

 

4036074

Kunci-kunci: Baranjkar ، bunuh diri ، islam ، Penderitaan ، gaya hidup
captcha