IQNA

Alquran Khat Oman; Naskah-Naskah Alquran dengan Warna Inisiatif dan Kreativitas

12:48 - October 15, 2020
Berita ID: 3474688
TEHERAN (IQNA) - Museum Muscat adalah perbendaharaan naskah-naskah Alquran yang luar biasa oleh para ahli kaligrafi Oman. Para penulis naskah ini berkompetisi satu sama lain dalam penguasaan dan kreativitas untuk menulis Alquran-Alquran ini dan menggunakan ketelitian serta keanggunan tertinggi. Mushaf-mushaf Alquran ini diistimewakan dengan garis-garis indah, penyepuhan, tata letak dan sampulnya.

Situs alwatan Oman melaporkan, Museum Nasional Oman penuh dengan perpendaharaan yang memikat mata setiap pengunjung. Museum ini mencerminkan kontribusi Oman terhadap sains dan budaya serta di dalamnya terdapat naskah-naskah Alquran yang membanggakan dengan desain dan pola-pola yang unik, yang mengenalnya akan bermanfaat.

Aula Azamat al-Salam di museum Muscat penuh dengan karya-karya luar biasa yang menarik perhatian setiap pengunjung. Di antara karyanya, museum ini mencakup naskah-naskah Alquran yang luar biasa dari para ahli kaligrafi Oman. Para penulis naskah ini telah berkompetisi satu sama lain dalam penguasaan dan kreativitas untuk menulis Alquran ini dan telah menggunakan ketelitian dan keanggunan yang tertinggi.

Museum naskah khat Kementerian Warisan Budaya dan Pariwisata Oman memiliki lebih dari 200 Mushaf. Muhammad bin Fail al-Tharashi, kepala bagian pendaftaran naskah, berkata dalam hal ini: “Di antara Mushaf ini, ada Alquran yang luar biasa yang dihiasi dengan ukiran yang indah dan bentuk geometris serta bunga dan tanaman. Pola ini dirancang secara nyata dengan warna dan glasir yang indah dan cerah. Para kaligrafer dan penulis Oman telah melakukan yang terbaik untuk menyalin kaligrafi indah dari karya-karya ini, yang merupakan kombinasi dari khat Nasakh dan Tsuluts, dan awal dan akhir naskah-naskah ini ditulis dengan kaligrafi yang rumit.”

Alquran-Alquran Khat Oman; Naskah-Naskah dengan Warna Inisiatif dan Kreativitas

Al-Tharashi, yang telah menyiapkan penelitian di bidang ini, menyatakan: Para ahli kaligrafi Oman telah menggunakan bentuk geometris melingkar, lonjong, persegi panjang, dan persegi dalam menulis Alquran ini. Bentuk geometris mushaf-mushaf ini mengandung unsur-unsur indah warna dan tinta merah, hitam, biru dan coklat. Tepi musafir ini dihiasi dengan air emas, dan ukiran ini juga diaplikasikan pada halaman pembuka dan penutup Alquran, yang kami sebut halaman pembuka dan penutup. Pola-pola ini demikian juga terlihat pada akhir teks dan permulaan surah, bingkai halaman dan di marginal-marginal yang memiliki tanda permulaan ayat, permulaan juz dan hizb, tanda-tanda wajib sujud ayat dan dalam banyak hal tanda wakaf.

Masalah lain yang menarik dalam hal ini adalah bahwa di akhir naskah-naskah ini, kita melihat halaman-halaman artistik dengan syair-syair puisi yang diungkapkan oleh penulis mushaf untuk mengungkapkan kesulitan dan upaya mereka, atau untuk mengungkapkan perasaan takut sang penulis  saat datangnya kematian dan tidak rampungnya pekerjaan menulis Alquran ini, seperti yang tertulis dalam bait penulis mushaf: “Tidak ada penulis yang akan tetap selamanya / Apa yang telah Dia tulis untuk selamanya”.

Alquran-Alquran Khat Oman; Naskah-Naskah dengan Warna Inisiatif dan Kreativitas

Mushaf al-Sindi adalah sebuah karya kaligrafer Muhammad bin Fadhil al-Sindi, yang ditulis pada tahun 1179 H di pelabuhan Muscat. Alquran ini disimpan di perpustakaan Kementerian Warisan Budaya Oman. Akhir dari naskah Alquran ini diakhiri dengan ayat dari surah al-An'am ayat 115, “Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al-Quran) sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat mengubah-ubah kalimat-kalimat-Nya dan Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. Ayat ini ditempatkan dalam bingkai melingkar dengan background biru dihiasi dengan warna merah, kuning dan hitam.

Salah satu penampakan tertulis dalam naskah-naskah kuno Oman adalah kata "Ta’qibah" dalam tulisan itu. Ta’qibah adalah kata yang muncul di akhir kanan bawah halaman dan menunjukkan awal halaman berikutnya. Kata ini kadang-kadang disebut "Tatabu’" (lanjutan) dan semacam penomoran pada halaman. Para penulis biasa menggunakannya untuk menjaga urutan tulisan mereka. Dalam hal ini, untuk menunjukkan kelanjutan teks pada halaman berikutnya, penulis menuliskan satu atau dua kata dari halaman berikutnya pada akhir kalimat terakhir pada baris terakhir, agar tidak mengalami masalah pada urutan halaman selanjutnya.

Al-Tharashi berkata: "Dengan mengkaji sejumlah Alquran dari abad 11-14 di Oman, saya menyadari bahwa Mushaf tertua yang masih ada adalah naskah yang ditulis pada tahun 1054 H oleh Salim bin Rabi’ bin Rashid Pahlavi, yang disimpan di perpustakaan Kementerian Warisan dan Budaya.”

Mengenai penelitian yang dilakukannya terhadap naskah-naskah khat Alquran, ia menjelaskan: Saya telah membagi Mushaf menjadi dua bagian; lengkap dan tidak lengkap. Mushaf Lengkap adalah nama penulis dan penjilidannya diketahui, dan jumlahnya mencapai lebih dari 50 eksemplar. Adapun Mushaf tidak lengkap adalah yang tidak diketahui penulis dan tanggal penulisan serta penjilidannya, jumlahnya banyak dan lebih dari 250 eksemplar. Mushaf ini tidak memiliki sampul asli karena seiring waktu, dan karena penggunaan yang berlebihan serta karena kelembapan dan korosi, beberapa halaman dan sampulnya telah hilang dan dijilid ulang. (hry)

 

3929168

captcha