Tafsir Tasnim adalah salah satu tafsir paling detail atau bahkan paling detailnya tafsir Alquran yang telah ditulis sejak era awal Islam hingga saat ini. Nama karya ini diambil dari surah Al-Mutaffifin ayat 27 dan 28:
وَمِزَاجُهُ مِنْ تَسْنِيمٍ عَيْنًا يَشْرَبُ بِهَا الْمُقَرَّبُونَ
“Dan campuran khamar murni itu adalah dari tasnim, (yaitu) mata air yang minum daripadanya orang-orang yang didekatkan kepada Allah”.
Karya besar ini adalah hasil dari sesi tafsir yang dimulai pada 1980 dan berakhir pada 2020 dan setelah empat puluh tahun berturut-turut. Sejauh ini, Tasnim sudah terbit enam puluh tiga jilid dan diharapkan jumlah jilidnya mencapai delapan puluh lima jilid. ICESCO memilih tafsir ini pada tahun 2005 sebagai "penelitian terbaik di bidang studi Islam dan Alquran".
Fitur Tasnim
Tafsir Tasnim adalah salah satu tafsir berurutan Alquran dalam bahasa Persia. Metode sentral tafsir ini mirip dengan tafsir al-Mizan, “Alquran dengan Alquran”. Selain tiga sumber utamanya, Alquran, Sunnah, dan akal, mufasir telah menggunakan literatur Arab dan kata-kata para filsuf dan mistikus dalam banyak kasus untuk mengungkapkan maknanya.
Metode tafsir tasnim merupakan "metode ijtihad komprehensif" dan mencakup "Alquran dengan Alquran", "Alquran dengan Sunnah" dan "Alquran dengan akal". Metode yang paling efektif di antaranya adalah "tafsir Alquran dengan Alquran", karena sumber tafsir yang paling penting adalah Alquran itu sendiri, yang merupakan penjelas dan kesaksiannya sendiri.
Menurut keyakinan penafsir Tasnim, menafsirkan Alquran dengan Alquran adalah metode penafsiran Nabi (saw) dan Ahlulbait (as), yang terjaga dari kesalahan teoritis dan dari kesalahan praktis dan sebagai hasilnya, mengikuti mereka diperlukan, memberi kehidupan dan keselamatan.
Kerangka presentasi konten
Cara penyusunan kitab ini adalah sang penulis terlebih dahulu membawa satu ayat atau beberapa ayat kemudian menjelaskan penafsirannya dalam 4 poros: 1- Petikan tafsir; 2- Tafsir; 3- Poin dan petunjuk; 4- Pembahasan riwayat.
Kehidupan penulis
Abdullah Javadi Amoli (lahir 1933) adalah seorang filosof, faqih, mufasir Alquran, guru di hauzah ilmiah Qom dan salah satu maraji taqlid Syiah pada periode kontemporer. Dia adalah salah satu murid Ayatullah Borujerdi, Imam Khomeini dan Allamah Thabathabai dan dia mengajar dan menulis di bidang filsafat, irfan, fikih dan tafsir di hauzah ilmiah Qom dan Teheran selama sekitar enam puluh tahun. (HRY)