“Menurut laporan yang disusun dan diterbitkan oleh Islamophobia Observatory ini, perempuan jauh lebih rentan menghadapi Islamofobia dibandingkan laki-laki,” menurut Iqna, mengutip RTL.
Laporan tersebut menyatakan bahwa satu dari lima Muslim di Luksemburg mengaku menyaksikan insiden Islamofobia, yang menunjukkan penurunan sebesar 9 persen dibandingkan tahun 2020.
Jasmin Jahic, ketua lembaga tersebut, berpendapat bahwa tahun pertama pandemi Covid-19 menyebabkan sebagian orang mengembangkan pandangan ekstrim terhadap umat Islam.
“Banyak orang berada di rumah dan menghabiskan banyak waktu online, yang menyebabkan tingkat cyber-Islamophobia meningkat. Hal yang sama berlaku untuk jenis diskriminasi lainnya seperti rasisme,” kata Jasmin Jahic.
Terlepas dari diskriminasi yang ada, laporan tersebut menunjukkan bahwa Muslim di Luksemburg menghadapi lebih sedikit kebencian daripada mereka yang tinggal di luar negeri.
Kecenderungan positif yang ditekankan oleh laporan ini adalah fakta bahwa para korban Islamofobia memiliki keinginan yang lebih besar untuk hadir di masyarakat dan, secara umum, umat Islam Luksemburg merasa terintegrasi dengan masyarakat negara ini.
Sekitar 1,3% dari 640.000 penduduk Luksemburg adalah Muslim. (HRY)