IQNA

Tokoh-Tokoh Alquran/ 45

Misi Terakhir Utusan Allah swt

16:28 - September 06, 2023
Berita ID: 3478886
TEHERAN (IQNA) - Sebagai utusan Tuhan yang terakhir dari Makkah, Muhammad (saw) mencapai kedudukan sebagai nabi dalam lingkungan di mana penindasan dan kerusakan telah menyebar dan ibadah kepada Tuhan di samping rumah Tuhan dilupakan.

Nabi Muhammad (saw) adalah putra Abdullah, putra Abdul Mutthalib, putra Hasyim, dan ibunya adalah Aminah binti Wahab. Menurut apa yang tercantum dalam kitab sejarah dan agama, Nabi Ismail (as), Nabi Ibrahim (as), Nabi Nuh (as), Nabi Idris (as) dan Nabi Adam (as) adalah nenek moyangnya. Dikatakan bahwa semua nenek moyang Nabi Muhammad (saw) adalah seorang muwahhid dan penyembah Tuhan.

Nabi Muhammad saw lahir di Makkah pada tahun 571 Masehi. Menurut beberapa hadis, peristiwa khusus terjadi pada tahun kelahiran Nabi Islam (saw). Misalnya, pada tahun tersebut, raja Yaman bergerak menuju Makkah dengan pasukan gajah untuk menghancurkan Ka'bah, namun burung Ababil berhasil menghancurkan mereka. Tahun terjadinya hal ini disebut "Tahun Gajah".

Juga, pada hari lahir Nabi Islam (saw), balkon istana Kisra berguncang di Irak, dan api di Kuil Api Persia padam setelah seribu tahun, dan Danau Saweh di Iran mengering.

Ketika Muhammad (saw) lahir, ayahnya, Abdullah, yang sedang dalam perjalanan bisnis, meninggal. Selain itu, ibunya jatuh sakit dan meninggal ketika Muhammad berusia empat atau enam tahun. Setelah itu, perwalian Muhammad (saw) diberikan kepada Abdul Mutthalib, kakeknya.

Sebelum menjadi nabi, Muhammad (saw) mempunyai kedudukan khusus di kalangan masyarakat karena sifat dan tingkah lakunya hingga ia dipanggil “Muhammad al-Amin” yang artinya dapat dipercaya. Di masa mudanya, beliau bermitra dengan beberapa pemuda Makkah untuk membela orang-orang yang tertindas.

Di masa mudanya, ia bergabung dengan sebuah kelompok bisnis. Sebuah kelompok yang dipimpin oleh seorang wanita kaya bernama Khadijah. Ketika Khadijah melihat tanggung jawab dan sifat amanah Muhammad (saw), dia memberinya lebih banyak modal dan beberapa waktu kemudian, ketika Muhammad (saw) berusia 25 tahun, dia menikah dengannya. Saat itu Khadijah mungkin berusia 40 tahun.

Karena meluasnya penyembahan berhala dan diskriminasi antara si kaya dan si miskin, serta menindas yang lemah, Muhammad (saw) menjauhkan diri dari masyarakat dan kebanyakan menghabiskan waktu sendirian di pegunungan dan berbicara dengan Tuhannya. Muhammad (saw) menjadi seorang nabi dalam kondisi seperti itu. Ketika sebuah suara langit memberitahunya:

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ؛ خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ؛ اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ؛ الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ؛ عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, 2) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. 3) Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia, 4) Yang mengajar (manusia) dengan pena. 5) Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-Alaq: 1-5)

Misi Muhammad (saw) untuk mengajak manusia beribadah kepada Allah dimulai sejak menjadi nabi terakhir, dan Tuhan mempersiapkan Nabi-Nya untuk masa mendatang:

إِنَّا سَنُلْقِي عَلَيْكَ قَوْلًا ثَقِيلًا

“Sesungguhnya Kami akan menurunkan kapadamu perkataan yang berat.” (QS. Al-Muzzammil:  5)

 

captcha