IQNA

Menjelang Tahun Baru

2023; Tahun Pertumbuhan Signifikan Islamofobia di Dunia

14:02 - December 25, 2023
Berita ID: 3479392
IQNA - Islamofobia dan kekerasan terhadap umat Islam pada tahun 2023 mengalami pertumbuhan yang signifikan di seluruh penjuru dunia, termasuk di India dan Eropa.

Menurut Iqna, mengutip Anadolu, meningkatnya sentimen anti-Muslim di Eropa dan belahan dunia lain membuat diskriminasi terhadap mereka mencapai puncaknya pada tahun 2023.

Fanatisme ini didukung secara langsung atau tidak langsung oleh pemerintah yang menyatakan dirinya sebagai pembawa bendera demokrasi di dunia.

Serangan Israel terhadap pemukiman, rumah sakit, sekolah, masjid dan gereja di Jalur Gaza menyebabkan dunia menyerukan gencatan senjata. Serangan-serangan ini menyasar Masjid Al-Aqsa dan nilai-nilai suci warga Palestina dan seluruh umat Islam.

Sejauh ini, lebih dari 20.000 warga Palestina telah tewas dalam perang ini, yang mana setidaknya 8.000 di antaranya adalah anak-anak dan 6.200 adalah perempuan. Ribuan orang masih terjebak di bawah reruntuhan, dan infrastruktur sipil, termasuk rumah sakit, lembaga pendidikan, dan tempat ibadah, menjadi sasaran utama serangan tersebut.

Meningkatnya sentimen anti-Muslim di Eropa

Politisi sayap kanan Denmark Rasmus Paludan membakar mushaf Alquran di depan kedutaan Turki di Stockholm pada 21 Januari 2023, dan di depan kedutaan Turki di Kopenhagen pada 27 Januari. Paludan melanjutkan pembakaran Alquran di Malmo, Norrköping dan Jönköping selama liburan Paskah di bulan April.

Selain itu, pada tanggal 28 Juni, bertepatan dengan hari pertama hari raya Idul Adha, Salwan Momika, membakar kitab suci umat Islam di bawah perlindungan polisi di depan masjid Stockholm.

Pada tanggal 20 Juli, Momika menginjak-injak Alquran dan bendera Irak di depan kedutaan Irak di Stockholm dan pada tanggal 31 Juli di depan gedung parlemen Swedia di bawah perlindungan polisi. Pada tanggal 25, 26, 27 dan 29 Agustus, dia terus membakar Alquran di berbagai wilayah Stockholm di bawah perlindungan polisi.

Menanggapi tindakan tersebut, Dewan Hak Asasi Manusia PBB menyatakan bahwa pembakaran Alquran di Eropa telah memicu ujaran kebencian dan meningkatkan diskriminasi. Dewan juga menyatakan, tindakan kebencian agama akan dibahas lebih detail dalam pertemuan mendatang.

Sebuah laporan pada bulan November mengenai sentimen anti-Muslim di Jerman menemukan bahwa satu dari dua orang di negara tersebut mendukung atau menggunakan frasa yang mengandung "kebencian anti-Muslim."

Menteri Dalam Negeri Nancy Feiser mengumumkan bahwa sentimen anti-Muslim akhir-akhir ini meningkat dan mekanisme serta pusat konseling untuk mendokumentasikannya akan dikembangkan pada tahun mendatang.

Di Belanda, setidaknya 10 kota melakukan penyelidikan rahasia terhadap masjid, imam jamaah, pemimpin organisasi keagamaan, dan orang-orang berpengaruh di jamaah. Investigasi yang didanai oleh Badan Keamanan dan Kontra-Terorisme Belanda melalui pemerintah kota ini dilaporkan dan dilakukan oleh sebuah perusahaan swasta.

Peningkatan Nasionalisme di India

Di distrik Gurugram di negara bagian Haryana, India, toko-toko dan tempat usaha milik umat Islam dibakar. Selain itu, sebuah masjid dibakar dalam kekerasan ini dan seorang imam dibunuh oleh kelompok ekstremis nasionalis Hindu pada tanggal 8 Agustus, yang menimbulkan kekhawatiran di kalangan umat Islam di wilayah tersebut.

Menyusul serangan terhadap kelompok minoritas, Hindutva Watch melaporkan pada tanggal 26 September bahwa pada paruh pertama tahun 2023, lebih dari 250 kejahatan rasial terhadap Muslim dilakukan di India.

Laporan tersebut mengkaji tren meningkatnya ujaran kebencian anti-Muslim sejak Partai Nasionalis Bharatiya Janata (BJP) berkuasa pada tahun 2014 dan mencatat bahwa pejabat pemerintah telah terlibat dalam retorika yang ofensif dan menghina umat Islam dan nilai-nilai suci umat Islam.

Krisis Myanmar

Militer Myanmar mengambil alih kekuasaan pada 1 Februari 2021 menyusul tuduhan kecurangan pada pemilu 2020 dan ketegangan politik.

Akibat intervensi bersenjata tentara terhadap pengunjuk rasa anti kudeta dan kelompok pemberontak, lebih dari 1.900 orang terbunuh, lebih dari 13.000 orang ditangkap, dan lebih dari 10.000 orang masih ditahan di penjara.

Nicholas Koumjian, kepala Mekanisme Investigasi Independen PBB untuk Myanmar, mengatakan pemerintah militer telah mengabaikan peringatan hak asasi manusia dari organisasi internasional dan nyawa perempuan dan anak-anak terancam.

Di Negara Bagian Rakhine, Myanmar, yang mayoritas penduduknya beragama Islam, Muslim Rohingya dianggap sebagai “orang yang paling tertindas di dunia” oleh PBB karena kekerasan dan kekejaman tentara terhadap warga sipil. PBB menggambarkan kekerasan terhadap Muslim Rohingya sebagai pembersihan etnis dan genosida. (HRY)

 

4189585

Kunci-kunci: tahun baru ، 2023 ، islamofobia
captcha